"mas saget nembel ban" tanyaku berusaha sopan, dia malah memandangku tajam seperti pandangan polisi yang mau introgasi
"emboh (gak tau dalam bahasa indonesia)"jawabnya datar sambil meneruskan pekerjaanya.
"ha.."aku hanya melongo mendengar jawabanya mencoba mencerna apakah pertanyaanku tadi tidak ia dengar atau memang dia bukan pemelihknya.
"itu di atas gak bisa baca ya...." jawabnya ketus sambilterus melanjutkan pekerjaanya.
seketika aku tersadar, ada sedikit rasa tidak nyaman mendengar jawaban tukang reparasi itu, namun karena posisiku yang butuh dirinya agar bisa menembel banku disaat hujan yang mengguyur ini, aku pun diam saja dan bergegas duduk di tempat penunggu.
Ini mungkin sepele sekali kawan namun bukankah seorang penjual itu harus ramah dengan konsumennya. bukankah dia menjual jasanya, maka bukankah dia harus bersikap ramah bagaimanapun saya bertingkah.Banyak spekulasi pun muncul dibenak saya. Mungkin memang reparasi ini belum unya standar operasional sehingga tidak memeiliki aturan yang baik untuk menyambut konsumennya, mungkin juga karena si reparasi ini sedang mensturasi, tapikan di laki-laki jada sangat tidak mungkin, spekulasi berikutnya adalah mungkin dia tidak waras, tapikan ini hanya spekulasi saja jadi saya ngawur. Abis sebel sama sekali rasanya, udah hujan, becek, gak ada ojek, bocor, si tukang reparasi mulunya nyocor.

Aq : mas bisa nembel ban?
Tb : emboh (smbl menruskn pekerjaanya)
aq : (diam kget dngn jwbnnya dan mencba untk memahaminya)
Tb : itkan bisa dibaca mas (sambl menunjuk k tulisan diata)
Ya Alloh ap g bs jawab baik2 gt ya.. ya moga aj bengkel ini semakin rame, dan aq g kembali ke sini lg.,
selang bebrapa waktu ternyata ada comen yang isinya memebenarkan bahwa memang di bengkel yang dimaksud memang orangnya tidak ramah.
Dalam hati akun membatin:
"Pantesan bengkelnya sepi begini..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar