Sekilas

Sekilas

Latest Post

SETELAH HARI INI

Written By makki on Rabu, 09 Juli 2014 | 02.15

Semoga tak ada lagi dusta
Tak ada lagi fitnah terbuka
Tak ada lagi saling mencela
Tak ada lagi skenario  durja

Aku muak dengan itu
Namun itulah amanat demokrasi
Dimana banyak yang tak berhati
Lalu kebaikan seakan mati terganti citra yang tak pasti

Indonesia setelah ini
Semoga tak ada yang tersakiti lalu merongrong kembali
Bila sekali lagi ini amanat demokrasi
Yang tak bisa takdir menghindari
Maka biarlah yang baik dilindungi
Keburukan jadi penyeimbang diri
Untuk kamajuan hakiki

BLITAR, 9 Juli 2014

ROMADHON TIBA

Written By makki on Sabtu, 28 Juni 2014 | 07.08



Aku lupa cara membuat puisi
dimana setiap kata punya arti
segala rasa menjadi imagi
sapaikan pesan tanpa banyak retorasi

sampaikan salamku pada meraka
yang puasa jalankan perintahnya
pada mereka yang mengaku manusia
beragama islam dan bertakwa

sekali lagi ini bukan puisi
karena aku tak becus jadi sang ahli
maafkan salah bila belajarku mengganggui
semoga kau merestui pintaku ini

Bliitar, malam satu Romadhon 1435 H

Sawang Tinawang (alias saling pandang)

Written By makki on Sabtu, 31 Mei 2014 | 21.52

Sejanak saya tertegun untuk menjelaskan makan "Sanang tinawang" dalm fersiku sendiri. Saling pandang mungkin adalah kata yang cukup tepat untuk menggambarkan kata "Sanang Tinawang" yang jelas merupakan bahasa Jawa. "Sanang tinawang" beberapa waktu ini terus saja membuntuti setiapa percakapan yang tengah kulangsungkan, sanang tinawang bisa diartikan seora dengan apabila kita melihat orang lain hidupnya enak, nasibnya  mujur, keseharianya mashur rasanya ingin sekali kita bisa seperti itu. namun ternyata bila kita dekati lebih dalam hidupnya, nasibnya tidak baik-baik amat.
"Sanang tinawang" mengajarkan kita untuk bisa menerima apapun nasib kita. Toh semua ternyata juga sama.
"sama apaan ini ha..?" si peragu membuka suara
" ya sama susahnya... apakamu pikir orang yang banyak uangnya, pekerjaanya mapan, istrinya cantik, mobilny banyak itu enak" si jutekan lagi-lagi tidak terima dengan keraguan si peragu
"ya enak to lah.... enakan mana sama orang yang tak punya banyak uang, yang kerjaanya tak mapan, yang istrinya boro-boro cantik *punya aja belum, hanya naik sepedah lagi, hayo enak mana..."
"no si oon dijelasin dari tadi tak faham apa memang goblog sih... kita sedang membahas makan "sawang tinawang, orang-orang yang hidupnya enak yang kita omongan tadi tentu gak enak juga, orang yang uangnya banyak oasti kebutuhany juga banyak pula, orang yang kerjanya mapan, pekerjanya menyita aktu dan fikiran pula, orang yang istrinya cantik ya jelas harus merawat kecantikanya terus, orang yang punya mobil apa lo gak mikir pajaknya, perawatanya juga gak murah, dan sebaliknya bukan..." jawab si  juekan sedikit geram.
"sebaliknya orang yang tak terlalu banyak uang akan santai saja karena tidak banyak butuhnya ya... terus orang yang kerjanya tak mapan kejaanya juga santai begitu... terus orang yang istrinya tidak cantik2amatjuga tidak terlalu bingung menjaganya gitu ya... iya gak sihh..."
"kebiasaan kamu ini... sudah tau nanya lagi capek dehhh...."

begitulah percakan siperagu dan si jutekan tentang makna "Sanang tinawang". Intinya bahwa  semuanya tergantung dari mana kita lihatnya. Yang jelas kesuksesan seseorang tidak didapat dengan instan dan yang paling sulit dari kesuksesan adalah mempertahankanya. So... Positif dalam berfikir, semua sudah ada ganjaranya sendiri-sendiri.

sekian semoga bermanfaat

Untuk apa aku menulis?

Written By makki on Jumat, 30 Mei 2014 | 05.59

Buat apa anda menulis sesungguhnya, buat apa anda repot-repot merangkai kata demi kata lalu memberinya kepala, lalu rela mengantrikan di mana anda suka, menunggu an menunggu setiap jempol yang mungkin siap diberikan padamu. untuk apa coba? silahkan dijawab dengan jelas dan tak usah bertele-tele.
dengan pandangan  yang seadanya kumulai mencoba merubah posisiku bersiap menjawab pertanyaan yang tiba-tiba muncul mengusik kenyamananku
"Aku menulis karena aku ingin menulis, menulis bukan sekedar berharap jempol, namun lebih kepada pemenuhan nafsu jiwa untuk mengeluarkan isi didalam benakku dalam tulisan, sebagaimana seorang yang lapar lalu sekoyong-konyong makan, sebagaimana petani yang menenam untuk kehidupan, sebagaimana calon presiden yang kampanye untuk kemenangan, lalu kenapa ada masalah?"
"..."

percakapan ini diambil dari benakku baru saja.

Antara malu dan mau

Written By makki on Kamis, 29 Mei 2014 | 02.19




Banyak istilah tentang kata “Malu” yang berada disekitar kita. Dintaranya “Malu bertanya sesat dijalan” yang kurang lebih maknanya bahwa bila kita tidak aktif bertanya tentang sesuatu hal yag belum kita ketahui tentu hasilnya membuat kita tersesat. Namun istilah malu  bertanya sesat di jalan saat ini mulai dilawan dengan istilah lain yakni “sering bertanya memalukan”.
Istilah lain tentang malu yakni “Malu-malu kucing” yang secara harfiah berarti malu malu tapi sebenarnya mau. Entah bagaimana sejarah munculnya istilah itu namun setahu saya istilah malu malu kucing banyak dipakai dan dilakukan oleh orang indonesia pada umumnya dan khususunya bagi suku jawa. Istilah malu-malu kucing berarti sebenarnya mau tapi gayanya tidak mau karena malu.
Pertanyaan selanjutnya adalah perlukah kita ikut dalam kebiasaan malu-malu kucing?

“tentunya iya lah... bukankah kebiasaan malu-malu kucing merupakan kebiasaan yang baik... “ si peragu mulai angkat bicara.
“memang  orang lain ada yang bilang seperti itu?” tanya si jutekan mengoreksi
 “ hemmm... ada gak ya... hemmm... setidaknya aku yang bilang hehehe...”
“kebiasaan kamu ni... bicara tanpa dasar yang jelas...”
“memang bicara yang ada dasarnya itu kayak apa ya?”
“ya tentunya bicara yang berdasarkan fakta oon..”
“owalah, ya tentu ada dong faktanya... bukanya banyak orang-orang disekitar kerajaan yang masih menggunakan budaya malu-malu mau kayak  dikraton atupun kesultanan terutama kepada orang yang jabatanya lebih. iya to...?”
“iya sihh tapi bukanya di sana susah membedakan antar kemauan dan keharusan mematuhi perintah...”
“iya juga ya... aku jadi bingung mau bicara apalagi... la terus gimana ini ujungnya?“
“ya intinya istilah malu-malu kucing itu bukanlah budaya tapi hanya kebiasaan sebagian orang”
“jadi kita tidak harus malu-malu kucing untuk menunjukan kesopanan kita pada orang lain”
“sudah tau nanya kamu ini...”
“la terus gimana dong biar kita tetap bisa sopan menerima pemberian orang lain, kan ada perasaan malu-malu begitu”
“ya jangan malu... tegas katakan mau namun terima dengan sopan, atau katakan tidak dengan kata yang sopan juga”
“ohhh begitu ya... “
“coba misalnya kamu diminta balikan sang mantan yang masih oke punya dan kamu juga masih cinta, terus  bagaimana kamu menyikapinya?”
“wahh setelah belajar dari kamu tentunya pertama aku akan pegang tanganya, kutatap matanya dan dengan tegas aku akan katakan aku mauu banggggetttt balikan ama kamu...”
"aduhh selain oonn... lebay parah kamu ternyata..." 
 
Yah begitulah percakapan antara si peragau dan si jutekan yang tinggalnya di pikiran saya.

Sedikit dari saya Semoga bermanfaat ;)

Keputusan baiknya cepat atau lambat

Written By makki on Rabu, 28 Mei 2014 | 15.50



Hidup ini memang teramat singkat untuk dijalani, itulah kata sebagian orang. Orang yang tentunya selalu dikejar oleh waktu. Alhasil keputusan-keputusan kemudian diberikan secepat dan sebisa mungkin. Bila sesuatu keputusan yang diambil adalah hal yang sangat penting tentu harus melewati pertimbangan yang sangat panjang dan lebar. Apabila keputusan itu dituntut waktu maka ya sudahlah apapun itu tidak bisa disalahkan.
“sepertinya yang kamu katakan barusan kamu lakukan ya...”
“sudah tau bertanya kau ini... kebiasaan...”
“jangn suka marah-marah... aku kan hanya memastikan”
“ya terserahlah... asalkan lain kali kamu jangan ikut aku lagi kalau mau memutuskan sesuatu kelamaan bila kamu ada”
“aku kan hanya memastikan, banyangkan kalau tadi kamu salah pilih, kamu bisa menyesal selamanya...”
“kau terlalu mendramatisir... kalau iya ya iya, kalau tidak ya tidak tidak perlu ditimbang-timbang”
“ya tentu perlu dong... “
“tapi bila pertimbangan yang dibuat-buat atau pertimbangan yang membuang waktu atau pertimbangn yang tiada perlu... masihkah kau sepakat dengan pentingnya pertimbangan?”
“iya juga ya... tapi kan...”
“tapi kan hatimu tidak merasa sreg gitu???”
“hemmm... iya sihhh, selain itu aku tuh kan takut disalahkan”
“nah itu masalahnya... kamu itu selalu penakut, kamu itu sudah disunat lo,,, apaperlu aku kebiri sekalian”
“ahhh jangan.... aku tidak terima ohhhh tidak terimaaa...”
“dasar oon....”
Begitulah, kiranya percakapan si peragu dan si jutekan yang lagi-lagi perang mulut di kepalaku. Menggagu sekali, namun seenggaknya ada hikmah yang sangat besar, bahwa grusa grusu itu sangat menggau dan hasilnya pun kebanyakan tidak maksimal. Adapun pengambilan keputusan yang bertele-tele juga tidak baik. Keputusan itu berdasarkan manfaat dan madhorotnya, bukan berdasarkan suka dan tidak suka. Begitulah kemarin setelah mengalami banyak pertimbangan akhirnya aku temukan tunggangan baru ku, menggantikan yang lama semoga saja ini bisa bermanfaat  aminnn.

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Tempatnya Profil dan Informasi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger